Jual Foredi Gel

Jual Foredi Gel -Di akhir abad sembilan belas, kemampuan bersaing dalam masyarakat Sulawesi Selatan merupakan gejala khas, baik mengenai hubungan antar kerajaan maupun antar pribadi. Para peserta utama dalam persaingan antar kerajaan di Sulawesi Selatan adalah Gowa, pusat politik orang-orang Makassar, dan Bone, pusat yang sama bagi orang-orang Bugis. Kedua-duanya mengakui Luwu sebagai kerajaan asal semenanjung itu, tetapi yang kekuasaannya telah memudar menjelang abad ketiga belas, sebelum catatan-catatan sejarah diselenggarakan. Diperkirakan bahwa Luwu mencapai puncak kebesarannya antara abad kesembilan dan ketiga belas.

Jual Foredi Gel -Kekuatan ekonomi Bone didasarkan atas penguasaannya bersama-sama dengan sekutunya Wajo dan Soppeng, dari gudang beras di dataran tengah. Kekuatan Makassar semakin bersandar pada kedudukannya sebagai bandar utama dalam perdagangan rempah-rempah. Supaya dapat memainkan peranan penting sebagai satu kekuatan di kepulauan ini, adalah perlu untuk mempunyai persediaan beras guna memberi makan penduduk (dan para satria)-nya dan untuk mampu ikut serta dalam perdagangan, baik lewat pengapalan transito barang-barang dari bagian-bagian kepulauan yang tidak dapat dimasuki maupun lewat pengeksporan produk-produk dari daerah pedalaman sendiri. Persaingan antara Makassar dan Bone, untuk sebagian, merupakan persaingan dalam menggabungkan dan menguasai sumber-sumber daya semenanjung itu, agar dapat ikut serta dalam perdagangan yang menguntungkan dari kepulauan tersebut.

Jual Foredi Gel -Raja Gowa pertama yang bersejarah, Tumapa’risi-kalonna, dianggap yang memerintah sekitar tahun 1512-1548, telah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangannya menjadi kerajaan yang paling kuat di semenanjung itu. Sekitar pertengahan abad berikutnya Goa menaklukkan Sumbawa (yang aristokrasinya masih berasal dari Makassar), menyerang Brunei, dan menduduki beberapa bagian pantai Sulawesi Utara. Peperangan antara Gowa dan kerajaan saingannya Bone, yang kedua-duanya dibantu oleh sekutu masing-masing dari kerajaan-kerajaan lain, tampaknya berlangsung hampir terus-menerus. Sekalipun perbatasan antara kedua kerajaan itu ditetapkan dalam suatu perjanjian tahun 1565 yang menyelesaikan konflik utama antara kedua kerajaan tersebut, persekutuan yang berubah-ubah dengan sejumlah besar kekuatan lebih kecil di daerah itu, dan perjuangan serta peperangan yang sering terjadi, senantiasa menjadi ciri hubungan politik di Sulawesi Selatan. Ini berlangsung sampai pemerintah Hindia Belanda menaklukkan seluruh daerah itu, dan menetapkan batas wilayah dari berbagai satuan dalam kurun waktu 1905-1910.

Jual Foredi Gel -Gowa hampir berhasil menegakkan hegemoni nyata di daerah tersebut setelah perubahan agama raja keempat belas menjadi Islam pada tahun 1605, dan kemudian ditundukkannya dengan kekerasan Sidenreng, Soppeng, Wajo, dan akhirnya Bone kepada Nabi – dan kepada Raja Gowa - selama tahun-tahun 1609-1611. Perubahan agama yang cepat dari kerajaan-kerajaan Sulawesi Selatan menjadi Islam segera setelah kedatangan tiga ulama terkemuka dari Minangkabau pada akhir abad keenam belas, tidak syak lagi telah dipermudah oleh perkenalan yang luas dari orang-orang laut Bugis-Makassar dengan orang-orang Islam di pelabuhan-pelabuhan pantai Jawa dan Sumatera. Selanjutnya, kenyataan bahwa kontak pertama Kerajaan Gowa dengan orang-orang Portugis dan VOC terjadi sekitar waktu yang sama, mungkin telah meningkatkan minat terhadap Islam sebagai satu sumber kekuatan spiritual untuk memperkuat kerajaan dalam menghadapi ancaman orang-orang asing yang agresif.

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 ada arus kedatangan pedagang-pedagang asing, khususnya pedagang Melayu dari Patani, Johor, Campa, dan Minangkabau ke Makassar. Perdagangan tampaknya tetap berada di tangan orang asing, untuk beberapa tahun. Tetapi, menjelang awal abad ketujuh belas, ketika orang Portugis sendiri diusir dari Malaka oleh orang Belanda dan datang ke Makassar untuk berdagang, kaum bangsawan Makassar secara langsung melibatkan diri dalam perdagangan. Orang Portugis memegang kedudukan yang sangat diistimewakan di Makassar pada tahun 1615-1665, sekalipun para pedagang dari semua bangsa disambut baik. Tetapi orang Belanda, yang mulai muncul di panggung selama kurun waktu ini, menuntut diakhirinya keikutsertaan Makassar dalam perdagangan rempah-rempah.

Jual Foredi Gel -Gowa menolak tuntutan Belanda, tetapi ketegangan meningkat. Dan pertempuran di sana-sini terjadi dengan orang asing yang terus mendesak itu. Dalam pada itu, permusuhan lama dengan Bone berlanjut, dan pertempuran sengit meletus pada tahun 1640-an dan lagi pada tahun 1660-an. Dua musuh Gowa itu kemudian membentuk suatu persekutuan, dan pada tahun 1666, Bone di bawah pimpinan Arung Palakka, dan VOC di bawah Cornelius Speelman, menyerang dan menaklukkan Gowa dan rajanya yang gagah berani, Sultan Hasanuddin. Takluknya Gowa diresmikan dalam Perjanjian Bongaya (18 November 1667), yang mewajibkan Gowa melepaskan semua wilayah di luar wilayah kerajaan itu sendiri, tidak melakukan hubungan lebih lanjut dengan kekuatan-kekuatan asing lainnya, dan menerima monopoli VOC atas perdagangan. Menurut bentuknya, perjanjian itu merupakan perjanjian multilateral mengenai perdamaian, persahabatan, dan persekutuan, yang mencakup tidak hanya Gowa, Bone, dan VOC tetapi juga Ternate, Tidore, Bacan, Buton, Soppeng, dan Luwu; dan juga terbuka bagi kerajaan-kerajaan lain yang mungkin mau ikut serta. Tahun 1670 Wajo ikut serta dalam perjanjian itu.

Dalam kenyataan, pertempuran antara VOC dan Gow berlangsung satu tahun lamanya, dan berakhir dengan diturunkannya Sultan Hasanuddin dari singgasana dan dibuang ke Jawa. Belanda menghancurkan benteng-benteng besar Gowa, kecuali Ujungpandang, yang mereka duduki sebagai kantor pusat dan mereka ubah namanya menjadi Fort Rotterdam. Perlawanan terhadap Belanda tidak pernah benar-benar berakhir. Dua orang pangeran sekutun Hasanuddin lari ke Jawa dan berperang melawan perluasan kekuasan Belanda di sana. Mula-mula dengan Sultan Banten dan kemudian dengan Pangeran Madura, Trunodjojo.

Di Sulawesi sendiri, Kerajaan Wajo memegang peran pemimpin dalam perlawanan terhadap Belanda selama pertengahan abad kedelapan belas. Gowa terus berusaha mendapatkan kembali wilayahnya yang hilang, dan agar Perjanjian Bongaya dibatalkan. Gowa gagal dalam usahanya, dan persetujuan diperbaharui tahun 1740 dan 1824 (yang tersebut belakangan adalah setelah pemerintah Belanda menggantikan VOC). Dengan merosotnya kekuasaan Gowa, Bone menjadi kerajaan yang dominan di semenanjung itu; dan selama abad kesembilan belas Belanda, dalam sejumlah ekspedisi penghukuman, berusaha membatasi kekuatan kerajaan yang dahulu pernah menjadi sekutunya itu. Pada tahun 1860 Bone dipaksa menandatangani suatu kontrak dengan pemerintah Hindia Belanda. Bone dijadikan dengan vasal, dan bagian dari wilayahnya di sebelah selatan dimasukkan ke dalam kekuasaan pemerintah Hindia Belanda sebagai wilayah yang diperintah secara langsung.

Pada akhir abad kesembilan belas pemerintah Hindia Belanda mengakui tiga jenis wilayah di Jual Foredi Gel - Sulawesi Selatan, yaitu : tanah-tanah yang diperintah langsung (Gowa dan Sinjai-Kajang-Bulukumba), negara-negara vasal (Bone dan Tanete), serta sekutu (yang paling penting adalah Luwu, Wajo, dan Mandar). Hubungan resmi diatur dengan berbagai perjanjian yang dikembangkan dari Perjanjian Bongaya yang asli. Banyak di antaranya sebagai perjanjian perdamaian setelah ekspedisi-ekspedisi militer, tetapi dalam hubungan antara kerajaan-kerajaan itu dan beberapa di antaranya dengan pemerintah Hindia Belanda, adanya berbagai jenis negeri tersebut hampir-hampir tidak terlihat.

Sekalipun Belanda-kadang-kadang menyatakan bahwa penguasaan mereka atas Sulawesi Selatan dimulai dengan Perjanjian Bongaya, pada umumnya diakui bahwa bahkan di Gowa sekalipun kekuasaan Belanda terutama adalah untuk mempertahankan monopoli dagang, dan tidak meluas ke kegiatan politik pemerintahan. Sedangkan di daerah Sulawesi Selatan lainnya, hanyalah setelah penaklukan militer 1905-1910, kekuasan Belanda secara efektif dapat diberlakukan di daerah pedalaman.

0 komentar:

Posting Komentar